kian hari kian menipis,rasanya semakin perih,begitu sesekali melihat kebelakang.
"CAPEK!"
kalau saja aku bisa manjangkau telingamu,
ingin rasanya aku mengusir kesepianku,
ku sayat tangan ini setiap sesak aku rasakan,
duduk di sudut ruangan,aku berteriak
aku menangis,
aku mengeluh kepada Tuan Penyair,
kepadaNya aku berkata,
aku lelah,
keingian membutakan aku,
hasrat membuat aku menjadi bisu,
kulit ini terus terkoyak,
pembuluh ini seakan pecah seketika.
rasanya aku tidak lagi menghargai kehidupan.
berikutnya,
aku akan terus mencoba,meneguk pelan-pelan karangan pahit ini.
tanpa cela.
tanpa ada kata.
aku yakin penyair yang mengarang cerita hidupku ada.
DIA 'ADA'.
maka perlahan Penyair akan menyirnakan.
kebutaan,
kebisuan,
segala kesepian,
baik tuan Penyair,
kini aku kembali bangun dari situ,
ya,tempat dimana ku jatuh beberapa waktu lalu.
Tuan aku ingin tidur,
jangan sampai mereka membangunkan aku,
ya.itu karena aku ingi merasakan kebebasan.
bilamana dia datang kepada aku,
biarlah dia membangunkan aku,
sesungguhnya dia akan mengajakku,
berbicara dan merasakan kebebasan.
Tuan,aku enggan menjadi penonton acara kebebasan,
jujur aku iri.
dimana melihat mereka tidak terpasung dalam penjara kesedihan,
penuh kemunafikan,kenaifan,kehancuran.
Tuan telah membalikkan tanganNya.
aku berjalan menggunakan kedua tangan ku.
kedua kaki ku menyentuh masa lampau,
itu,hal itu..
aku terpasung.
masih disudut yang sama,aku bernyanyi bersama kebutaan ku.
air mataku menari menyambut kebisuan,
lagu ini terus ku nyanyikan,
murni dari luka ku yang berdarah,
dan bibirku yang tersenyum.
*cher
Tidak ada komentar:
Posting Komentar